Bisnis pengisian uang di mesin ATM

Enaknya menjadi nasabah bank. Tak perlu repot antri di meja kasir maupun teller. Cukup menggunakan kartu ATM, semua transaksi sudah bisa dilakukan, dari mengecek saldo, menarik uang tunai, membayar tagihan maupun berbelanja.

Tanpa harus repot-repot membawa uang tunai dan risiko kehilangan, nasabah bisa melakukan berbagai transaksi cukup dengan membawa kartu plastik ini. “ATM merupakan salah satu channel yang paling diandalkan untuk membantu teller untuk bertransaksi,” tukas Stephen Listyo, Senior General Manager Consumer Banking Division PT Bank Central Asia, Tbk.

Setiap bank memiliki ratusan bahkan ribuan mesin ATM. Sebagai contoh, Bank Niaga memiliki 275 ATM, BNI 2300 ATM, dan BCA memiliki 4600 mesin. Tentu saja, mesin-mesin ini tak dikelola oleh bank itu sendiri. Untuk pengisiannya, bank mempercayakan pada beberapa perusahaan jasa pengisian uang, seperti PT Armorindo Artha, PT Wiratanu, PT Universal, PT TAG, PT SSI, PT Trans Nasional, PT Securicor Indonesia, dan PT Cisco Mas Sekurititama. Merkea bertugas untuk menyediakan kas yang sesuai untuk setiap mesin ATM berdasarkan laporan saldo atau rekomendasi bank, mengambil kartu yang tertelan, mengisi dan memperbaiki mesin ATM termasuk di hari libur nasional, berhubungan dengan vendor mesin, melakukan kunjungan harian, dan harus siap dipanggil saat darurat.

PT Securicor Indonesia dipercaya mengurus 500 ATM di Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya, Denpasar, dan Bandung. Mesin-mesin itu milik Bank Mandiri, BRI, BCA, Bank Danamon, Lippo Bank, Permata Bank, Citibank, Commonwealth bank, Standard Chartered Bank, HSBC, dan ANZ Panin Bank. Perusahaan jasa asal Inggris ini beroperasi di Indonesia sejak 1994. “Untuk itulah, kami harus memperhatikan sistem keamanan elektronik, mekanis dan fisik untuk menutupi celah yang bisa dimanfaatkan oleh penjahat,” jelas Chris Wright, President Director PT Securicor Indonesia.

Tugas yang sejenis juga dilakukan oleh PT Cisco Mas Sekurititama. Perusahaan hasil kongsi Cisco International dari Singapura dan Sinar Mas Multi Artha dari Indonesia ini juga merawat mesin yang dipercayakan bank padanya. 500 mesinnya di Jakarta, Bogor, Surabaya dan Denpasar yang menjadi tumpuan bisnisnya adalah milik Lippo Bank, Bank Danamon, Bank Mandiri, BNI, dan Permata Bank. “Kinerja kami akan dilihat dari berapa besar persentase ATM yang kami dikelola bisa berfungsi,” jelas Irwan Wiyanto, Director Operation Division PT Cisco Mas Sekurititama.

Bisnis ini tak dibangun dengan beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah saja, tetapi mencapai miliaran. Tengok saja Cisco. Perusahaan ini harus menguras sekitar Rp 15-20 miliar sebagai modal awal membuka usaha jasa ini. Meski modal miliaran, jangan bayangkan keuntungan yang diraup oleh perusahaan jasa ini sangat besar. Dengan masa kontrak yang terus diperbaharui setiap tahun, bank membayar jasa pengisian ATM per bulan sekitar Rp 2 juta per mesin ATM dengan jumlah pengisian 12 kali. “Sekali pengisian, imbalannya Rp 175-200 ribu,” ujar Irwan. Layaknya industri lainnya, imbuh Chris, “Bisnis ini semakin kompetitif dan margin selalu minim.”

Untung yang tak seberapa itu harus dibandingkan dengan sisi keamanan yang selalu diutamakan oleh perusahaan kepada karyawannya. Lumrah, meski kendaraan sudah didesain dengan ketebalan yang lebih tebal ketimbang mobil aslinya, namun tak ada yang tahu bila perampok mengintai mereka dari kejauhan. Demi menjaga keamanan semua petugas lapangan yang mengisi uang di mesin-mesin ATM, Cisco mendesain ulang 50 kendaraan jenis L300 dan Panther-nya yang beroperasi di Jakarta. Bahkan, ia menggaji petugas keamanan khusus dari Brimob sebesar Rp 100 ribu per hari.

“Kami berharap, semuanya berjalan baik-baik saja,” ujar Chris, sambil terbahak smebari mengetok meja tiga kali. Meski ia mengerti tingkat risiko di Indonesia belakangan meningkat, tetapi untuk urusan yang satu ini Securicor tak ingin main-main. Ia mengasuransikan semua karyawan lapangannya dengan asuransi yang dicover langsung dari perusahaan induk di London.  Ia juga melengkapi kendaraan dengan alat keamanan yang didesain khusus oleh Securicor International.

Namun, secanggih apapun kendaraan itu, bila melintasi jalanan di kota besar seperti Jakarta, tetap saja kalah dengan hadangan kemacetan. Meski Stephen mengakui bahwa kemacetan adalah satu-satunya kendala pengisian di ibukota, toh nasabah adalah raja yang harus mendapat pelayanan nomor satu. Untuk itulah, perusahaan jasa dituntut untuk tiba di mesin ATM sebelum idol money sebesar 30% ini habis. “Kami akan terkena pinalty atau denda bila tidak sesuai dengan target yang sudah ditetapkan,” ujar Chris.

Bila tak hati-hati, pengisian uang ini juga bisa keliru, lo. “Risiko lain bisnis ini adalah salah mengisi denominasi ATM,” tutur Stephen. Untuk menghindari itu, bank selalu meminta perusahaan jasa agar melakukan koordinasi dengan petugas keamanan bank, melakukan analisa dan antisipasi untuk mencegah uang habis karena keterlambatan dalam pengisian uang di mesin ATM lantaran macet di jalan, serta melakukan cek dengan monitoring kantor pusat untuk memastikan denominasi yang diisi sudah benar. Risiko ini harus diperhatikan oleh perusahaan pengisi uang. Soalnya, menurut catatan Stephen, 75% nasabah BCA melakukan penarikan tunai dengan 3.600 ATM. Jadi, kekeliruann mengisi denominasi tak boleh terjadi.

Tahap pengisian uang di mesin ATM ini pun tak sederhana. Baik bank maupun perusahaan jasa ini sudah memiliki sistem kontrol terhadap saldo yang ada di setiap mesin ATM. Nah, agar nasabah tak mendapati mesin ATM kosong melompong saat memasukkan kartu ke dalam mesin, bank sudah memiliki ketentuan khusus agar saldo minimal yang masih tersisa di dalam mesin ATM sebesar 25-30%. Maka, bila uang yang tersisa di mesin mencapai 25-30% dari yang diisikan oleh Securicor maupun Cisco, maka mereka wajib melakukan pengisian mesin ATM segera. “Kalau kami terlambat mengisi, berarti kami menyalahi agreement yang sudah kita buat dengan bank tersebut,” tukas Irwan.

Saat masa pengisian uang tiba, baik Securicor maupun Cisco harus mengambil uang dari bank dan menyortir apakah ada yang palsu atau cacat. Penyortiran ini tidak dilakukan di ruang terbuka yang terisi oleh banyak orang, tetapi di ruangan tertutup dan dipasangi kamera pengintai. Uang yang dinyatakan lolos dari sortiran ini, akan diletakkan di kaset atau kotak yang nantinya akan ditaruh di mesin ATM. Setiap kaset mampu mempuat 2.300 lembar uang, dan setiap mesin memerlukan setidaknya 4 kaset. ATM dengan nominal Rp 50 ribuan, maka maka jumlah uang yang diisikan mencapai Rp 460 juta, sedangkan nominal 100 ribuan jumlah uangnya mencapai Rp 920 juta.

Frekuensi pengisian ini pun beragam, bergantung pada waktu, lokasi dan tren penarikan di mesin ATM. Misalnya saja, pada masa-masa karyawan kantoran gajian antara tanggal 25 hingga tanggal 5, uang di mesin ATM sangat cepat habis. Setiap hari, perusahaan jasa pengisi uang harus mengisi setidaknya satu kali dengan nilai antara Rp 200-400 juta per mesin. Di kawasan pabrik, pengisian bisa mencapai tiga kali dengan total lebih dari Rp 1 miliar. “Normalnya kami mengisi setiap 2 atau 3 hari sekali dengan nominal yang berbeda setiap mesin karena kebutuhan setiap lokasi berbeda,” papar Stephen.

Meski berisiko tinggi, toh pemain di bisnis ini tetap berprospek. “Bisnis ini lumayan prospeknya,” tegas Irwan. Oke deh!