Yuk, ngutang elektronik lewat FIF

Salah satu karakter orang Indonesia adalah suka ngutang. Itu sebabnya, sejumlah perusahaan pembiayaan tak kapok-kapoknya menggelontorkan duitnya untuk ngutangin konsumen demi satu unit mobil, motor, perabot rumah tangga, bahkan barang-barang elektronik. Perusahaan pembiayaan yang paling bontot muncul membiayai kredit barang-barang elektronik adalah FIF. Meski sudah puas mengangkangi pasar kredit motor terbesar di indonesia, nyatanya lembaga pembiayaan milik Astra Group ini meminati tetap kredit elektronik.

Bendera yang digunakan oleh FIF di ceruk ini adalah Spektra. Menyadari sulitnya masuk ke pasar-pasar modern, Spektra memilih untuk menyasar gerai elektronik tradisional yang potensial untuk menjadi gerai besar. “Kami juga banyak bermain di daerah,” terang Suhartono, Wakil Presdir FIF. Diantaranya, Tegal, Pekalongan, Surabaya, Jember, Banjarmasin. FIF mendukung manajemen gerai-gerai elektronik di daerah agar mampu bersaing dengan gerai modern. Dus, motif kerjasama disini adalah kerjasama jangka panjang.

Tak cukup hanya mendukung manajemen dan memberi kredit saja, Spektra juga membikin Spektra on Store di tiga kota besar, yaitu Balikpapan, Banjarmasin dan Jakarta. Tahun ini, Suhartono mentargetkan mendirikan 18 outlet sejenis di seluruh Indonesia. “Termasuk, Irian Jaya,” kata Suhartono. Prinsipnya, imbuh Suhartono, Spektra ingin gerai tradisional itu membesar, sehingga kelak akan menjadi gerai yang loyal.

Tahun ini, Spektra memiliki dana yang siap dikucurkan senilai Rp 750 miliar untuk seluruh Indonesia. Lebih dari target itu, Suhartono mematok angka Rp 1 triliun untuk kredit elektronik, komputer, furnitur, alat berat dan alat olah raga. Angka ini terbilang menggendut dari nilai kucuran kredit tahun lalu yang hanya sebesar Rp 379 miliar. “Tahun 2006, kami masih masa percobaan. Jadinya, kami tidak memiliki target tertentu,” kata Suhartono. Tetapi, nilai ini tak seberapa dibandingkan kucuran FIF untuk kendaraan roda dua yang mencapai Rp 10 triliun.

Untuk bunga kredit, Spektra mematok bunga sebesar 35%-45% setahun dengan nilai setiap kredit berkisar Rp 2-3 juta. menurut Suhartono, kredit elektronik begini khas lantaran tidak ada jaminan seperti layaknya kredit kendaraan yang menjaminkan BPKB-nya. Hitungannya, untuk cadangan bad debt maupun survey juga tidak murah, bisa mencuil 12% dari total bunga. “Apalagi bisnis elektronik itu juga musiman, ada kalanya pasar sepi di bulan tertentu,” kata Suhartono.

Meski penuh tantangan, toh Spektra tak gentar menghadapi pemain-pemain lawas yang sudah masuk lebih dahulu. Konon, saat Spektra membangun Spektra On Store di daerah, pemain lawas juga ikutan masuk menghadang langkah Spektra. Tetapi Suhartono yakin, Spektra didukung manajemen, teknologi dan sistem FIF yang baik. “Sehingga kompetitor lebih banyak bermain harga,” cetusnya. Buah dari kerja keras ini, NPL Spektra tahun lalu kecil, sekitar 4%.

Wah, saatnya ngutang nih.